Jumat, 30 September 2011
Orang Pikun Butuh Terapi Tawa Agar Tidak Rewel
Gangguan perilaku yang sering menyertai orang pikun atau demensia adalah gelisah dan suka marah-marah. Selain dengan obat-obatan antipsikotik, gangguan ini bisa juga diatasi dengan terapi tawa yang efektivitasnya mencapai 20 persen.
Manfaat terapi tawa bagi berbagai gangguan kesehatan sudah sering diteliti. Namun kali ini, para peneliti dari University of New South Wales kembali membuktikan manfaatnya bagi penderita demensia atau pikun untuk meredakan perasaan gelisah.
Selama ini, orang pikun yang rewel karena merasa gelisah dan mudah marah lebih banyak diatasi dengan obat-obat antipsikotik. Namun karena bekerja langsung di sisitem saraf pusat, maka dikhawatirkan dalam jangka panjang bisa memicu efek sampiang dan kecanduan.
Dalam sebuah eksperimen, tim peneliti yang dimpimpin oleh Lee Fay Low mencoba mencari alternatif pengganti obat-obat antipsikotik tersebut. Eksperimen ini melibatkan 400 lansia berusia di atas 65 tahun dari 36 panti jompo yang didiagnosis demensia.
Selama periode tertentu, secara rutin para partisipan dilibatkan dalam terapi tawa yang dipandu oleh Jean Paul Bell. Nama tersebut cukup terkenal di Inggris, dengan julukan 'clown doctor' atau dokter badut yang sering memberikan terapi tawa pada anak-anak.
Sebagai pembanding, 200 lansia di panti jompo lainnya yang juga menderita demensia tidak diberi terapi tawa. Di akhir penelitian, tingkat kegelisahan para partisipan yang mendapat terapi tawa teramati lebih rendah 20 persen dibanding kelompok pembanding.
"Angka 20 persen memang tidak terlalu besar. Namun angka sebesar itu jugalah yang akan didapatkan dengan pemberian obat antipsikotik," ungkap Lee Fay seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (30/9/2011).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar